Tuesday, October 20, 2009

Selasa ini

hari ini oom saya ulang tahun
sayangnya dia sedang sakit
...
bosan banget di kantor
sementara di luar sana, jalanan macet karena pengalihan dan tutup-buka jalan untuk rombongan sby-budiono lewat
oh ya, mereka dilantik resmi jadi pres & capres RI
syukurlah lancar...

mendengarkan musik prancis sambil bengong-bengong
melihat klip She & Him yang menghibur..
kembali terpekur bosan
...
ingin pulang ke rumah dan tidur saja rasanya...

Thursday, October 15, 2009

Perahu Kertas

Saya enggak tahu harus menulis dari mana dan menulis apa...seperti orang yang sedang jatuh cinta, saya juga begitu dengan buku terbaru dari Dee alias Dewi Lestari, Perahu Kertas. Saya tidak bisa menulis banyak tentang Perahu Kertas karena hati saya sedang terlalu berbunga-bunga, kepala saya terlalu penuh dengan potongan cerita dan barisan kalimat-kalimat dari buku itu. Degup jantung saya cepat sekali, sungguh mirip dengan jatuh cinta dan merindukan sang pujaan. Saya tidak bisa objektif, maksudnya untuk menimbang buku ini sesuai ilmu, teori, atau layaknya jurnalis media. Yang saya bisa bagi adalah saya sukaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali buku ini. Saya suka ceritanya, penceritaannya, tokoh-tokohnya, bahasa tutur, hingga ending buku ini. Kalau saja ada yang tak sreg dengan salah satu unsur tadi, pasti saya tak sebegini cintanya. Ceritanya sederhana, tentang Keenan si pelukis dan Kugy si pendongeng. Umur mereka? abege lah...mahasiswa. Tapi, bukan Dee kalau tak bisa membuat cerita cinta kedua manusia umur jagung itu begitu indah, syahdu, penuh romantisme bermakna, dan dalam bagaikan laut tempat Neptunus si dewa yang jadi bos agen Keenan dan Kugy. Ah, saya menyelipkan cerita itu dalam postingan ini...tidak adil bagi yang belum baca bukunya, enggak akan ngerti kan?!
Yang lucu, dari semua buku yang saya baca dan bagus, semuanya berawal dari buku pinjaman. Saya ini memang menyedihkan. Cinta buku tapi tak pernah menjadwalkan beli buku setiap kali gajian. Mungkin karena tiap bulan harus menimbang 4 buku untuk majalah tempat saya bekerja, makanya saya luput untuk menjadwalkan satu buah buku yang saya pilih sendiri untuk saya baca. Rasanya setiap bulan saya sudah baca buku...tapi bukan buku saya, melainkan buku yang 'harus' saya baca. Perahu Kertas dibawa Tiara, teman saya yang cantik tapi enggak hobi baca. Saya pinjam, baca, malah jumpalitan jatuh cinta. Dulu, saya pinjam Bumi Manusia, ya...sama, jumpalitan juga! Lalu, pinjam Persepolis, The Sirens of Baghdad, dan lainnya...akhirnya ada yang saya beli, ada yang minta dibelikan. Hehehe, ya saya memang menyedihkan. Tapi mungkin ini takdir saya dengan buku. Saya enggak pernah cinta mati banget sampai beli banyak buku bagus yang harus saya baca. Semua pertemuan saya dengan buku (bagus) selalu tak sengaja. Saya 'terpaksa' kenal dulu baru mulai suka dan akhirnya jatuh cinta. Kalau lagi kalap, langsung saya beli. Kalau masih cukup tenang, bisa saya tunda belinya (nabung dulu) atau ya sempat-sempatnya minta dibelikan orang lain (kantong saya aman, hehehe...). Tidak maksimal dan pol-polan memang, tapi sisi baiknya cinta saya tak pernah luntur pada buku2 pilihan saya itu. Semuanya berjejer rapi di rak. Tak banyak tapi saya selalu kangen untuk akhirnya membuka dan membaca ulang mereka. Yang mana saja. Randomlly kangen lah! Nah, begitulah...sekarang cinta saya sedang tersedot kepada Perahu Kertas (yang ketika ini ditulis, belum juga saya beli, masih pinjam). Saya sedih karena saya sudah selesai membacanya. Saya selalu berharap halaman di tangan kanan saya selalu tak pernah berakhir. Selalu ada halaman baru untuk saya buka dan baca. But it's just like life, the book has its end. You can find new book but you can't never find the new chapter or new pages from the old book that has ended. Keberadaannya hanya sepanjang saya membacanya. Tapi efek darinya...it seems endless. Yang lebih saya takjub lagi, tentu saja penulisnya atau apapun sebutannya untuk seseorang yang mampu mencipta karya seperti itu. How blessed he/she is... Saya cemburu tapi bisa diobati selama mereka terus membuat karya yang menghanyutkan saya. Buat saya, untuk itu mereka diberkati kan?! Hehehe...well, anyway, ngakunya enggak bisa nulis banyak, tahu-tahu sudah begini panjang. Pokoknya, buku menjadi elemen penting dalam hidup saya, ya seperti saat ini nih, Perahu Kertas membuat beberapa hari dalam hidup saya di tahun 2009 seolah mengalami peristiwa jatuh cinta....and off course it's so amazing!

Wednesday, October 14, 2009

Dresscode: BATIK

batik in different colors & patterns
Batik from different area/province in Indonesia
me & djak mates in batik
batik indonesia is about culture, the process instead of the result...
Yay yay yay...
tanggal 2 Oktober lalu, Unesco meresmikan Batik sebagai salah satu warisan budaya internasional yang berasal dari Indonesia. Ya, kita memang sudah tahu batik lekat dengan Indonesia. Tak hanya itu, berbagai bukti baik dari ilmu budaya, sosiologi, seni, hingga ranah fesyen, setuju kalau Batik asli akarnya dari Indonesia. Tapi, tentu saja peresmian ini tidak berarti sesempit itu. Unesco mengukuhkan Indonesia sebagai 'pemilik' asli batik dan budayanya ini. Yup, budayanya...jadi jangan terlalu sempit dan terpaku pada kain dan motifnya saja. Batik Indonesia memang tak hanya soal itu. Batik Indonesia mencakup tradisi membuat, prosesinya, memakainya, hingga ritual dan kepercayaan ketika menciptakan batik (so it;s more about the process, not the result). Karenanya, Malaysia atau siapapun bisa saja heran dan (berniat) protes soal ini. Tapi, lagi-lagi ini bukan soal pengakuan motif dan desain batik. Ini adalah Batik as a cultural heritage! Jadi, kalau Malaysia atau negara lain mau bikin batik, ya itu boleh saja, syah saja. Mereka bisa bikin motif dan desain baru, lebih bagus malah lebih baik. Bahkan, sebelum ada pengakuan resmi ini, sudah banyak kok desainer internasional yang menggunakan motif batik atau menyerupainya di dalam desain mereka. It doesn't matter...karena Batik Indonesia lebih ke arah budaya, tradisi, sesuatu yang sudah menjadi bagian dari hidup dan diri seorang indonesia. Kita mungkin bersikap layaknya keluarga yang tak sensitif mengungkapkan kepemilikan, rasa sayang, cinta, dan otoritas kita kepada ayah, ibu, adik, kakak, sepupu, dan lainnya. But we're family, no matter what. We belong to each other. Ya begitu juga ketika batik mulai diaku-aku orisinil dari negara lain. Kita, indonesia, baru menoleh...heih? loh, batik kan saudaraku? keluargaku? milikku? Maka itu, pengakuan ini lebih ke arah situ artinya bagi saya. Bukan, bukan berarti siapapun yang mau bikin batik harus bayar kepada kami, Indonesia, bukan itu! Setidaknya, semua orang di dunia ini bisa bercerita..."saya membuat produk ini dengan desain batik. Desain baru, motifnya juga saya yang ciptakan, tapi terinspirasi dari batik yang khas Indonesia". Nah, cukup itu! Setelah pengakuan 2 Oktober, banyak orang berjanji untuk lebih menghargai, mengakui, melindungi, menyanyangi si batik ini. Rasanya seperti keluarga yang pergi kemudia kembali pulang. Tapi, buat saya, cinta di hati kan sangat personal. Pengakuan ini hanya seperti 'ditembak jadian' di televisi nasional atau internasional. Seluruh dunia jadi tahu. Padahal dulu-dulu juga sudah cinta kok. Tapi, memaklumi kebahagiaan ini, ribuan Indonesia berbatik ria di hari itu. Dari pejabat, pegawai, anak-anak, abege di mall, sampai (sumpah) tukang minta2 dan tukang angkut sampah di daerah Manggarai Jakarta terlihat pakai batik. Yang bikin saya lebih senang lagi, ternyata semua indonesia punya batik dalam lemari mereka, meskipun cuma sehelai dan lusuh. It's oke...batik is our part, it's ours, our beloved!
(tulisan ini sepertinya jadi bukti norak kalau saya juga ikut2an baru rame bangga berbatik, hehehe...what the hell lah...)